Rabu, 01 Januari 2014

MAKALAH PEMBELAJARAN IPA DI SD



PEMBELAJARAN IPA
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Pembelajaran IPA di SD

Dosen: Diana Setiana,. S.Pd




Disusun Oleh:
1.      Bunga Suci Asterina               (110641238)
2.      Muhammad Syahroni              (110641213)
3.      Sri Nuraeni                              (110641371)
4.      Yuyun Yuslina                        (110641203)
Kelas A6


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2012






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Makalah ini kami susun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas mata kuliah Pembelajaran IPA di SD dengan pokok bahasan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA. Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang Pendekatan dalam Pembelajaran IPA, maka pembahasan yang kami lakukan sangat perlu untuk dibincangkan. Pada dasarnya Pembelajaran IPA di SD sangat penting adanya untuk menambah sebuah pengalaman dan pengetahuannya, dalam hal ini mata pelajaran IPA sebagai proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman lansung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu proses pembelajaran, perlu diambil berbagai upaya dan kegiatan untuk mencapainya. Upaya tersebut dengan menggunakan pendekatan tertentu, dimana pemilihan dalam penggunaan pendekatan yang tepat pada bidang studi yang diajarkan merupakan komponen dari strategi pembelajaran. Beberapa pendekatan yang digunakan dalam Pembelajaran IPA di SD yaitu seperti Pendekatan Konstruktivisme dan Pendekatan Inkuiri yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, khususnya dalam tujuan Pembelajaran IPA di SD. Dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dalam Pembelajran IPA di SD, tujuan pembelajaran yang diinginkan akan tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan pada umumnya.





A.    Rumusan Masalah
         Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.             Bagaimanakah peranan pendekatan dalam pembelajaran IPA di SD?
2.      Bagaimanakah pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA di SD?
3.      Bagaimanakah pengaruh pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD?

B.     Tujuan
      Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk:
1.      Mengetahui seberapa besar peranan dari pendekatan dalam pembelajaran IPA di SD.
2.      Mengetahui apa saja pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA di SD.
3.      Mengetahui apa saja pengaruh pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Makna Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran.  
Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran serta dalam memandang sesuatu hal dan sesuatu keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya, dengan merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Jadi, peran pendekatan dalam pembelajaran IPA mengacu pada Pendekatan Pembelajaran itu sendiri. Dimana Pendekatan Pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancang-ancang atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi atau mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Adapun fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Sebagai contoh dalam pengajaran bahasa. Pendekatan tidak langsung melahirkan metode tidak langsung, Pendekatan langsung melahirkan metode langsung, Pendekatan komunikatif melahirkar metode komuniatif.

B.     Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa konsep umum, antara lain:
1.      Pelajar yang aktif membina pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang sudah ada.
2.      Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3.      Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4.      Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5.      Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6.      Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.

Konsttruktivisme mempunyai lima fase, yaitu:
1.      Guru menerka pengetahuan sedia ada murid pada permulaan sesuatu pelajaran melalui soal jawab atau ujian.
2.      Guru menguji ide atau pendirian murid melalui aktivitas yang menjabar ide atau pendiriannya.
3.      Guru membimbing murid menstruktur semula ide.
4.      Guru memberi peluang kepada murid mengaplikasikan ide baru yang telah diperoleh untuk menguji kebenarannya.
5.      Guru membimbing murid membuat refleksi dan perbandingan ide lama dengan ide yang baru diperoleh.

C.     Pendekatan Inkuiri
Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pendekatan Inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang dipelajari.
Perkataan “inquiry” (inquire) berarti menanyakan, menyelidiki, memeriksa. Proses-proses mental dalam inquiry meliputi : merumuskan problema, mendesain eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengorganisir data, menaganalisis data, menarik kesimpulan. Selain itu juga adanya sikap jujur, objektif, hasrat ingin tahu, terbuka, mau menerima gagasan-gagasan baru atau pendapat orang lain, dsb. Ada dua ciri pembelajaran inkuiri,
yaitu:
1.      Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan (siswa sebagai subjek belajar).
2.      Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri.

Menurut Sanjaya (2009), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa prinsip, antara lain:
1.      Berorientasi pada pengembangan intelektual. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
2.      Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
3.      Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
4.      Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir,meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya,mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya,melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tiada habisnya,memberi pengalaman belajar seumur hidup. Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
a.             Lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu:
1). Merumuskan masalah untuk di pecahkan oleh siswa.
2).Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis.
3).Mencari informasi,data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau masalah.
4). Menarik kesimpulan atau generalisasi.
5). Mengaplikasikan kesimpulan.

Jantungnya inkuiri adalah kemampuan mengajukan pertanyaan dan mengidentifikasi penyelesaian masalah. Karena itu dalam pembelajaran seharusnya guru lebih banyak mengajukan pertanyaan dan lebih banyak merangsang diskusi antar siswa. Keterampilan bertanya dan mendengarkan secara efektif penting adanya untuk berlangsungnya keberhasilan dalam mengajar. Selain itu inkuiri memerlukan keterampilan dalam menganalisis data dan menilai hasil untuk mendapatkan kesimpulan yang valid dan masuk akal. Siswa IPA seharusnya diberi kesempatan untuk menganalisis data selama pembekalannya. Kelemahan pendekatan inkuiri (kekacauan pembelajaran), dapat terjadi kalau guru tidak melakukan pembimbingan secara terarah dan bertanggung jawab. Guru penting melakukan monitoring atau pengontrolan terhadap aktivitas siswa.
Pendekatan inkuri sangat berpengaruh besar terhadap pembelajaran IPA di SD, karena dalam pembelajaran berbasis pendekatan inkuiri meliputi kegiatan observasi, mengajukan pertanyaan, memeriksa buku-buku dan sumber-sumber lain untuk melihat informasi yang ada, merencanakan penyelidikan, merangkum apa yang sudah diketahui dalam bukti eksperimen, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis dan interpretasi data, mengajukan jawaban, penjelasan, prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Sehingga siswa mendapat pengalaman langsung dalam proses pembelajarannya, yang akan menjadi bekal ilmu untuk kedepannya.



























BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
1.      Penerapan model belajar konstruktivisme dalam pembelajaran menuntut perubahan peran pendidik khususnya dalam cara pandang terhadap peserta didik. Model belajar konstruktivisme sangat memperhatikan jaringan ide-ide yang ada dalam struktur kognitif siswa. Pengetahuan bukanlah gambaran dari suatu realita. Transformasi pengetahuan dalam konstruktivismeme adalah pergeseran peserta didik sebagai penerima pasif informasi. Para pendidik disarankan untuk menggunakan model belajar konstruktivisme sebagai menjadi pengkonstruksi aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik dipandang sebagai subyek yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.
2.      Inti dari pembelajaran inkuiri ini adalah bahwa disini guru sebagai sumber belajar bukanlah yang satu-satunya, masih banyak lagi sumber belajar yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Guru hanyalah sebagai fasilitator, pembimbing yang selalu mengarahkan siswa dalam pembelajaran. Siswa disini di desain sebagai penemu atau mencari pengetahuan itu, disinilah tugas seorang guru dalam mengkostruk siswa agar mendapatkan pengetahuan dan menjadi bermakna. Karena dengan bermakna itulah pengetahuan akan masuk kedalam long term memories, sehingga akan selalu terkenang oleh siswa. Siswalah yang melakukan semuanya guru hanya menyiapkan, karena murid yang melakukan maka pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna untuk siswa.





B. Saran
 Pembelajaran sangat sarat dengan konsep-konsep yang membutuhkan penalaran tinggi. Agar hasil belajar yang dicapai lebih optimum maka para pendidik sebaiknya selalu memperhatikan penalaran formal yang telah dimiliki peserta didik. Sehingga strategi pengubah miskonsepsi dapat ditentukan dengan tepat. Telah terbukti bahwa kualitas miskonsepsi yang dimiliki peserta didik sangat tergantung pada penalaran formal peserta didik. Untuk hal ini, maka mutlak kompetensi pendidik harus senantiasa diperbarui.



 

3 komentar:

malik mengatakan...

god materi

Unknown mengatakan...

makasih mas malik sangat membatu utnuk refrensi tugas kami

Unknown mengatakan...

thanks broo... mohon izin copas

Posting Komentar

 
Copyright © Bunga suci asterina