PEMBELAJARAN
IPA
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Pembelajaran IPA di SD
Dosen: Diana Setiana,. S.Pd
Disusun Oleh:
1. Bunga Suci Asterina (110641238)
2. Muhammad Syahroni (110641213)
3. Sri Nuraeni (110641371)
4. Yuyun Yuslina (110641203)
Kelas A6
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Makalah
ini kami susun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas mata kuliah Pembelajaran
IPA di SD
dengan pokok bahasan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA. Sehubungan dengan pentingnya
mengetahui tentang Pendekatan dalam Pembelajaran IPA, maka pembahasan yang kami lakukan
sangat perlu untuk dibincangkan. Pada dasarnya Pembelajaran IPA di SD sangat penting
adanya untuk menambah sebuah pengalaman dan pengetahuannya, dalam hal ini mata pelajaran
IPA sebagai proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman
lansung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara alamiah. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Untuk memperoleh hasil yang baik
dalam suatu proses pembelajaran, perlu diambil berbagai upaya dan kegiatan
untuk mencapainya. Upaya tersebut dengan menggunakan pendekatan tertentu,
dimana pemilihan dalam penggunaan pendekatan yang tepat pada bidang studi yang
diajarkan merupakan komponen dari strategi pembelajaran. Beberapa
pendekatan yang digunakan dalam Pembelajaran IPA di SD yaitu seperti Pendekatan
Konstruktivisme dan Pendekatan Inkuiri yang sangat berpengaruh dalam proses
pembelajaran, khususnya dalam tujuan Pembelajaran IPA di SD. Dengan menggunakan
pendekatan yang sesuai dalam Pembelajran IPA di SD, tujuan pembelajaran yang
diinginkan akan tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan pada umumnya.
A.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
peranan pendekatan
dalam pembelajaran
IPA di SD?
2. Bagaimanakah pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA di SD?
3. Bagaimanakah pengaruh pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD?
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk:
1. Mengetahui seberapa besar
peranan dari pendekatan
dalam pembelajaran
IPA di SD.
2. Mengetahui apa saja pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA di SD.
3. Mengetahui apa saja pengaruh pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Makna
Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di
anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara
memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai
pembelajaran.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu
kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan
titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran serta dalam memandang
sesuatu hal dan sesuatu keyakinan
yang tidak selalu mudah membuktikannya, dengan merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Jadi, peran pendekatan dalam
pembelajaran IPA mengacu pada Pendekatan Pembelajaran itu sendiri.
Dimana Pendekatan Pembelajaran (teaching
approach) adalah suatu ancang-ancang atau
kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi atau mata pelajaran
yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada
asumsi yang berkaitan. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu: Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered
approach) dan Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
guru (teacher centered approach).
Adapun fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai
pedoman umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan
digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode
suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Sebagai contoh
dalam pengajaran bahasa. Pendekatan tidak langsung melahirkan
metode tidak langsung, Pendekatan
langsung melahirkan metode langsung, Pendekatan komunikatif melahirkar
metode komuniatif.
B. Pendekatan
Konstruktivisme
Pendekatan Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui
dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman
demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi
lebih dinamis.
Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa konsep umum,
antara lain:
1. Pelajar yang aktif membina pengetahuannya berdasarkan
pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina
sendiri pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar
sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina
pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru
dengan pemahamannya yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran
yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari
gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai
perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.
Konsttruktivisme mempunyai lima fase, yaitu:
1. Guru menerka pengetahuan sedia ada murid pada permulaan
sesuatu pelajaran melalui soal jawab atau ujian.
2. Guru menguji ide atau pendirian murid melalui aktivitas
yang menjabar ide atau pendiriannya.
3. Guru membimbing murid menstruktur semula ide.
4. Guru memberi peluang kepada murid mengaplikasikan ide
baru yang telah diperoleh untuk menguji kebenarannya.
5. Guru membimbing murid membuat refleksi dan perbandingan
ide lama dengan ide yang baru diperoleh.
C.
Pendekatan Inkuiri
Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Pendekatan
Inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan murid mempelajari
peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai oleh ilmuwan. Pembelajaran inkuiri
beriorientasi pada keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar,
mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang dipelajari.
Perkataan “inquiry” (inquire) berarti menanyakan, menyelidiki, memeriksa. Proses-proses mental dalam inquiry meliputi : merumuskan problema, mendesain eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengorganisir data, menaganalisis data, menarik kesimpulan. Selain itu juga adanya sikap jujur, objektif, hasrat ingin tahu, terbuka, mau menerima gagasan-gagasan baru atau pendapat orang lain, dsb. Ada dua ciri pembelajaran inkuiri, yaitu:
Perkataan “inquiry” (inquire) berarti menanyakan, menyelidiki, memeriksa. Proses-proses mental dalam inquiry meliputi : merumuskan problema, mendesain eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengorganisir data, menaganalisis data, menarik kesimpulan. Selain itu juga adanya sikap jujur, objektif, hasrat ingin tahu, terbuka, mau menerima gagasan-gagasan baru atau pendapat orang lain, dsb. Ada dua ciri pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Strategi
Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan (siswa sebagai subjek belajar).
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu
yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya
diri.
Menurut Sanjaya (2009), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa
prinsip, antara lain:
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual. Prinsip Interaksi
Proses
pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa
maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri.
2. Prinsip Bertanya
Peran guru
yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai
penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya
sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
3. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan
hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir
(learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik
otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal.
4. Prinsip Keterbukaan
Pembelajaran
yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Tujuan utama dari
strategi inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir,meningkatkan keterlibatan peserta
didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya,mengurangi
ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya,melatih
peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang
tiada habisnya,memberi pengalaman belajar seumur hidup. Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain
berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena
itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi
inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran,
akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.
a.
Lima
tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu:
1).
Merumuskan masalah untuk di pecahkan oleh siswa.
2).Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan
istilah hipotesis.
3).Mencari informasi,data dan fakta yang diperlukan untuk
menjawab hipotesis atau masalah.
4).
Menarik kesimpulan atau generalisasi.
5).
Mengaplikasikan kesimpulan.
Jantungnya inkuiri adalah kemampuan
mengajukan pertanyaan dan mengidentifikasi penyelesaian masalah. Karena itu
dalam pembelajaran seharusnya guru lebih banyak mengajukan pertanyaan dan lebih banyak
merangsang diskusi antar siswa. Keterampilan bertanya dan mendengarkan secara
efektif penting adanya untuk berlangsungnya keberhasilan dalam mengajar. Selain itu
inkuiri memerlukan keterampilan dalam menganalisis data dan menilai hasil untuk
mendapatkan kesimpulan yang valid dan masuk akal. Siswa IPA seharusnya diberi
kesempatan untuk menganalisis data selama pembekalannya. Kelemahan pendekatan inkuiri (kekacauan pembelajaran),
dapat terjadi kalau guru tidak melakukan pembimbingan secara terarah dan
bertanggung jawab. Guru penting melakukan monitoring atau pengontrolan terhadap
aktivitas siswa.
Pendekatan inkuri sangat berpengaruh besar terhadap pembelajaran IPA di SD,
karena dalam pembelajaran berbasis pendekatan inkuiri meliputi
kegiatan observasi, mengajukan pertanyaan, memeriksa buku-buku dan
sumber-sumber lain untuk melihat informasi yang ada, merencanakan penyelidikan,
merangkum apa yang sudah diketahui dalam bukti eksperimen, menggunakan alat
untuk mengumpulkan, menganalisis dan interpretasi data, mengajukan jawaban,
penjelasan, prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Sehingga siswa mendapat pengalaman langsung dalam proses
pembelajarannya, yang akan menjadi bekal ilmu untuk kedepannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Penerapan model belajar konstruktivisme dalam
pembelajaran menuntut perubahan peran pendidik khususnya dalam cara pandang
terhadap peserta didik. Model belajar konstruktivisme sangat memperhatikan
jaringan ide-ide yang ada dalam struktur kognitif siswa. Pengetahuan bukanlah
gambaran dari suatu realita. Transformasi pengetahuan dalam konstruktivismeme
adalah pergeseran peserta didik sebagai penerima pasif informasi. Para pendidik
disarankan untuk menggunakan model belajar konstruktivisme sebagai menjadi
pengkonstruksi aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik dipandang sebagai
subyek yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.
2.
Inti dari pembelajaran inkuiri ini
adalah bahwa disini guru sebagai sumber belajar bukanlah yang satu-satunya,
masih banyak lagi sumber belajar yang dapat menunjang keberhasilan
pembelajaran. Guru hanyalah sebagai fasilitator, pembimbing yang selalu
mengarahkan siswa dalam pembelajaran. Siswa disini di desain sebagai penemu atau mencari pengetahuan itu,
disinilah tugas seorang guru dalam mengkostruk siswa agar mendapatkan
pengetahuan dan menjadi bermakna. Karena dengan bermakna itulah
pengetahuan akan masuk kedalam long term memories, sehingga akan selalu
terkenang oleh siswa. Siswalah yang melakukan semuanya guru hanya menyiapkan,
karena murid yang melakukan maka pembelajaran akan menjadi pengalaman yang
bermakna untuk siswa.
B. Saran
Pembelajaran sangat
sarat dengan konsep-konsep yang membutuhkan penalaran tinggi. Agar hasil
belajar yang dicapai lebih optimum maka para pendidik sebaiknya selalu
memperhatikan penalaran formal yang telah dimiliki peserta didik. Sehingga
strategi pengubah miskonsepsi dapat ditentukan dengan tepat. Telah terbukti
bahwa kualitas miskonsepsi yang dimiliki peserta didik sangat tergantung pada
penalaran formal peserta didik. Untuk hal ini, maka mutlak kompetensi pendidik
harus senantiasa diperbarui.